Ethereum Name Service (ENS) merupakan sistem penamaan terdesentralisasi yang dibangun di atas blockchain Ethereum. ENS memungkinkan pengguna untuk mendaftarkan dan menggunakan nama domain yang mudah diingat, seperti “namasaya.eth”, menggantikan alamat wallet yang rumit. Layanan ini menawarkan fungsionalitas mirip DNS (Domain Name System) pada internet tradisional kepada Web3, sehingga interaksi pengguna dengan aplikasi serta layanan terdesentralisasi menjadi jauh lebih praktis. ENS menyelesaikan secara efektif masalah utama dunia kripto—alamat yang sulit diingat—dengan menghubungkan nama yang dapat dibaca manusia dengan pengidentifikasi mesin, seperti alamat Ethereum dan hash konten.
ENS sebagai protokol penamaan terdesentralisasi pertama kali diluncurkan pada tahun 2017 dengan tujuan meningkatkan kegunaan dan pengalaman pengguna jaringan Ethereum. Seiring evolusi teknologi blockchain dan Web3, ENS berkembang menjadi infrastruktur strategis yang menghubungkan internet konvensional dengan jaringan terdesentralisasi, sekaligus menjadi fondasi bagi sistem identitas digital generasi berikutnya.
ENS berjalan di atas smart contract yang terdiri dari dua elemen inti utama: Registry (daftar pusat) dan Resolver (pemecah nama). Registry berperan sebagai smart contract pusat yang mencatat seluruh nama domain, pemilik, resolver, serta informasi time-to-live (TTL). Resolver bertugas mengonversi nama domain menjadi alamat atau sumber daya terkait. ENS mengadopsi struktur penamaan hierarkis layaknya DNS tradisional, sehingga pemilik domain dapat mengelola subdomainnya secara penuh.
Dalam proses pendaftaran, pengguna umumnya mengikuti lelang untuk nama-nama tertentu guna memperoleh domain .eth (khusus nama dengan lebih dari tiga karakter) dan membayar biaya tahunan untuk perpanjangan. Sistem ini mencegah penimbunan domain (domain squatting) sekaligus menjadi sumber pendapatan berkelanjutan bagi protokol. Selain itu, ENS mendukung integrasi dengan domain DNS tradisional asal kepemilikan domain dapat dibuktikan dan konfigurasi telah dilakukan dengan benar.
ENS memiliki keunggulan tata kelola terdesentralisasi. Sejak akhir 2021, ENS bertransformasi menjadi DAO (Decentralized Autonomous Organization/Organisasi Otonom Terdesentralisasi) yang sepenuhnya dikelola komunitas melalui ENS Token. Pemegang token dapat memberikan suara pada keputusan strategis protokol. Hal ini memastikan pengembangan jangka panjang tetap berpihak pada kepentingan komunitas. Model tata kelola ini merepresentasikan semangat desentralisasi dan otonomi komunitas yang menjadi ciri khas proyek Web3.
Dari segi pemanfaatan, ENS kini lebih dari sekadar pemetaan alamat. Pengguna dapat mengaitkan berbagai sumber daya ke domain ENS, misalnya konten situs web (via IPFS atau sistem penyimpanan terdesentralisasi lainnya), alamat surel, data profil, dan lainnya. Domain ENS pun berevolusi menjadi penanda digital dan identitas virtual dalam ekosistem Web3, menyerupai laman pribadi atau akun media sosial di internet tradisional.
Seiring inovasi teknologi cross-chain, ENS terus mengembangkan interoperabilitas dengan blockchain lain. Layanannya dapat diakses di ekosistem kripto yang makin luas. Di saat yang sama, ENS meningkatkan kapabilitasnya sebagai solusi identitas terdesentralisasi, termasuk dukungan tipe profil baru, proses verifikasi, dan fitur perlindungan privasi yang ditingkatkan.
Dengan laju perkembangan Web3, ENS diyakini akan memegang peranan strategis, tak hanya mempermudah interaksi blockchain tetapi juga menjadi penghubung penting antara layanan terdesentralisasi dan internet tradisional. Sebagai infrastruktur identitas digital terdesentralisasi, ENS menawarkan cara baru bagi pengguna untuk memiliki dan mengendalikan identitas mereka di dunia digital, selaras dengan prinsip utama Web3: kendali pengguna dan kepemilikan data. Saat semakin banyak aplikasi mengadopsi fungsi ENS, batas antara sistem domain tradisional dan layanan penamaan terdesentralisasi akan semakin memudar, menciptakan ekosistem terbuka dan terhubung.
Bagikan